Minggu, 31 Oktober 2010

ADA APA KETIKA GUNUNG GUNUNG BERAPI MULAI AKTIF?

Sebagai Negara yang berada di wilayah seismic aktif “ring of fire” sudah sewajarnya aktifitas seismic seperti gempa dan gunung berapi selalu ‘akrab’ dengan kehidupan bangsa Indonesia. Kedua lingkar tectonic Eurasia di selatan kepulauan Indonesia (tepatnya barat Pulau Sumatra dan Selatan Pulau Jawa ) dan Pacific Ridge di Timur Laut kita itu terkenal sebagai jalur tectonic yang paling aktif di deunia. Dara beberapa literature diketahui bahwa gempa dan aktifitas gunung berapi saling berkaitan erat. Hal ini terbukti jelas di tahun 2006 ketika aktifitas gunung-gunung berapi termasuk Merapi ketika itu menggeliat bersamaan dengan gempa di Jawa 27 Mei 2006 Yogyakarta atau 17 Juli 2006 di pantai selatan Pangandaran sehingga menghasilkan tsunami. Bahkan ketika gempa 27 Mei 2007 terjadi di Yogya, banyak penduduk mengira getaran itu adalah Merapi, karena gunung itu sudah batuk-batuk beberapa waktu sebelumnya di utara Yogya. Tetapi justeru gempalah yang ‘menyerang’ dari selatan Yogya sehingga menelan banyak korban dan kerugian material yang besar ketika itu.

Kekhawatiran saya saat ini adalah bahwa kondisi alam hampir menyerupai kondisi tahun 2006. Saat tulisan ini saya ketik, menurut laporan BMG ada sekitar 21 gunung yang beraktifitas dari sekitar 300-an gunung api yang ada di Indonesia.

Dari 21 gunung itu, 2 gunung tetap berstatus siaga, yaitu Gunung Ibu di Maluku Utara dan Gunung Karangetang, Sulawesi Utara.

19 Gunung yang berstatus waspada adalah:
1. Gunung Seulawah (Aceh)
2. Gunung Sinabung (Karo, Sumut)
3. Gunung Talang (Solok, Sumbar)
4. Gunung Kaba (Bengkulu)
5. Gunung Kerinci (Jambi)
6. Gunung Anak Krakatau (Lampung)
7. Gunung Papandayan (Garut, Jabar)
8. Gunung Slamet (Jateng)
9. Gunung Bromo (Jatim)
10. Gunung Semeru (Lumajang, Jatim)
11. Gunung Batur (Bali)
12. Gunung Rinjani (Lombok, NTB)
13. Gunung Sangeang Api (Bima, NTB)
14. Gunung Rokatenda (Flores, NTT)
15. Gunung Egon (Sikka, NTT)
16. Gunung Soputan (Minahasa Selatan, Sulut)
17. Gunung Lokon (Tomohon, Sulut)
18. Gunung Gamalama (Ternate, Maluku Utara)
19. Gunung Dukono (Halmahera Utara, Maluku Utara)

Sementara Gempa besar 7.2 M telah terjadi disertai Tsunami di kepulauan Mentawai adalah efek dari salah satu bangkitnya aktifitas tektonik Eurasia tersebut dan sangat berkaitan satu dengan yang lainnya. Gunung Talang di Sumatra Barat dalam hal ini paling berhubungan dengan gempa Mentawai, satu hal yang hampir mirip dengan Yogyakarta 2006 dengan Merapi dan gempa di Bantul. Menurut catatan gempa tahun 1981 yang terjadi di Yogya, Merapi juga sedang aktif2nya dengan puncak letusan pada 15 Juni 1984.


Gambar hubungan geology antara gempa sebagai akibat pergeseran pelat bumi dan aktifitas gunung berapi

Walau ini sering dibantah oleh BMG / ESDM sendiri dan harus dibuktikan dengan catatan2 yang lain, kita pantas berhati-hati dan waspada. Saya tidak bermaksud menghubung-hubungkan kondisi ini dengan bencana. Siapa tahu hal-hal yang tidak kita duga mungkin terjadi. Semoga letusan Merapi Sabtu 30 Oktober dini hari lalu adalah yang terakhir kalinya dan tidak diikuti gempa yang dapat menimbulkan bencana. Mari kita tetap berdoa dan berusaha agar bencana tidak datang terus menerus di negeri ini.

UPDATE!
9 November 2010
Setelah letusan dahsyat merapi Jumat dinihari 5 November 2010 lalu hari ini sudah disusul gempa di selatan Bantul 5.6 skala Ritcher. Sebelumnya juga terjadi di selatan Wonosari dengan 4 SR. Berdasarkan informasi yang diterima dari BMKG Yogyakarta, gempa terjadi pada 8,98 Lintang Selatan (LS) dan 110,08 Bujur Timur (BT) pada 125 km sebelah barat daya Kabupaten Bantul, DIY di kedalaman 10 km yang berlokasi di laut.
Walau terasa tidak begitu besar di Yogyakarta, namun sempat dirasakan pula di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Dan yang paling penting gempa tersebut tidak merusak. Semoga itulah gempa yang saya khawatirkan tersebut. Dengan sudah terjadinya gempa di selatan Merapi, saya berharap semoga gempa tidak akan muncul lagi. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar